Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gen Z Tidak Akan Pernah Sanggup Membeli Rumah?

kemampuan membeli rumah

Generasi Z (Gen Z), yang lahir di era teknologi digital, menghadapi tantangan yang unik dalam hal kepemilikan rumah. Berbagai faktor seperti kenaikan harga properti, gaya hidup konsumtif, ketidakstabilan karier, serta fenomena doom spending—pengeluaran impulsif akibat tekanan ekonomi dan sosial—telah memperkuat kekhawatiran bahwa mereka mungkin menjadi generasi yang paling miskin sepanjang sejarah. Benarkah Gen Z tidak akan pernah sanggup membeli rumah? Mari kita kaji lebih dalam peluang mereka dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Peluang Gen Z untuk Membeli Rumah di Indonesia

Peluang Gen Z di Indonesia untuk membeli rumah sangat bergantung pada kondisi ekonomi pribadi dan program pemerintah yang mendukung kepemilikan rumah. Beberapa faktor utama yang perlu diperhatikan termasuk kenaikan harga properti, kemampuan finansial, dan program subsidi perumahan.

  1. Harga Properti yang Melambung
    Harga rumah di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung terus mengalami kenaikan sekitar 5-7% setiap tahun. Kenaikan ini membuat rumah semakin tidak terjangkau, terutama bagi generasi muda yang masih berada di tahap awal karier mereka. Dengan harga rumah rata-rata berkisar antara Rp 500 juta hingga Rp 1,5 miliar di perkotaan, banyak Gen Z merasa mustahil untuk mengumpulkan cukup uang muka atau mendapatkan akses kredit yang memadai.

  2. Penghasilan Gen Z dan Kemampuan Finansial
    Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), sekitar 75% Gen Z di Indonesia berpenghasilan di bawah Rp 10 juta per bulan. Dalam kondisi ini, dengan anggapan biaya hidup yang semakin meningkat, menabung untuk membeli rumah menjadi tantangan besar. Tanpa bantuan dari keluarga atau akses ke program pembiayaan yang lebih terjangkau, hanya sekitar 30% dari generasi ini yang memiliki peluang untuk membeli rumah dalam waktu dekat.

  3. Subsidi Perumahan dari Pemerintah
    Program pemerintah seperti Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) memberikan sedikit harapan bagi Gen Z yang berpenghasilan rendah hingga menengah. Program ini memungkinkan mereka untuk mendapatkan bunga rendah dan cicilan terjangkau, sehingga dapat meringankan beban dalam membeli rumah. Berdasarkan data Kementerian PUPR, pada tahun 2023, program ini telah membantu lebih dari 200 ribu rumah tangga. Dengan adanya subsidi ini, peluang Gen Z untuk memiliki rumah bisa meningkat hingga 40-50%, asalkan mereka memenuhi syarat program.

Namun, meskipun ada subsidi dan program bantuan, banyak Gen Z yang merasa terjebak antara keinginan memiliki rumah dan realitas ekonomi yang semakin sulit diatasi. Christine Lagarde, mantan direktur IMF, pernah mengatakan bahwa akses terhadap properti adalah kunci utama dalam membangun kekayaan. Tanpa itu, ketimpangan ekonomi akan terus melebar, terutama di kalangan generasi muda.

Gaya Hidup Konsumtif dan Doom Spending

Salah satu faktor besar yang menghambat kemampuan Gen Z untuk menabung dan membeli rumah adalah fenomena doom spending—sebuah kebiasaan belanja impulsif yang sering muncul akibat stres, ketidakpastian masa depan, dan tekanan sosial. Doom spending menjadi lebih parah di tengah situasi ekonomi yang penuh dengan ketidakpastian, seperti resesi global dan krisis iklim, yang membuat generasi ini merasa tertekan untuk mencari pelarian melalui belanja.

David Stillman, pakar generasi, menyebutkan bahwa "Gen Z cenderung lebih memilih pengalaman hidup seperti travelling, gaya hidup mewah, dan hiburan digital daripada berinvestasi dalam properti atau aset jangka panjang." Meskipun sebagian besar Gen Z sadar akan pentingnya keuangan, banyak yang kesulitan untuk menahan godaan belanja, terutama karena kemudahan akses melalui platform e-commerce dan media sosial.

Doom spending ini memperburuk situasi keuangan mereka, menguras pendapatan yang seharusnya bisa diinvestasikan untuk masa depan, seperti tabungan rumah atau investasi properti. Ketika pengeluaran impulsif ini terus berlanjut, makin banyak dari mereka yang terjebak dalam siklus utang konsumtif, yang membuat peluang untuk membeli rumah semakin jauh dari jangkauan.

Apakah Gen Z Akan Menjadi Generasi Paling Miskin Sepanjang Sejarah?

Prediksi bahwa Gen Z akan menjadi generasi paling miskin dalam sejarah sering kali didukung oleh berbagai faktor, seperti ketidakstabilan pekerjaan, krisis utang pendidikan (di negara-negara maju), dan meningkatnya biaya hidup. Di Indonesia sendiri, meski utang pendidikan tidak sebesar di negara-negara lain, biaya hidup yang tinggi dan kenaikan harga properti terus mengikis kemampuan generasi muda untuk menabung dan membeli aset.

Menurut laporan dari Deloitte, Gen Z lebih cenderung bekerja dalam pekerjaan berbasis proyek atau freelance, yang memberikan fleksibilitas tetapi juga ketidakpastian dalam hal pendapatan. Ketidakpastian ini menambah tantangan dalam merencanakan keuangan jangka panjang, termasuk dalam hal pembelian rumah.

Namun, tidak semuanya suram. Ada beberapa indikator yang menunjukkan bahwa Gen Z juga mulai belajar untuk beradaptasi dengan situasi ini. Misalnya, mereka lebih terbuka terhadap sumber pendapatan alternatif seperti bisnis online atau menjadi kreator konten. Beberapa dari mereka juga tertarik untuk berinvestasi di pasar saham melalui platform seperti Ajaib atau Bibit, yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan finansial di masa depan.

Kesimpulan: Miskin Karena Gaya Hidup atau Karena Kondisi Ekonomi?

Kesimpulan bahwa Gen Z akan menjadi generasi paling miskin sepanjang sejarah mungkin terlalu ekstrem jika tidak mempertimbangkan banyaknya faktor yang mempengaruhi situasi ini. Memang, kenaikan harga properti, gaya hidup konsumtif, serta doom spending menjadi penghalang besar dalam perjalanan mereka menuju kepemilikan rumah dan stabilitas keuangan. Namun, adaptasi terhadap teknologi, kesadaran keuangan yang lebih baik, dan inovasi dalam gaya hidup bisa menjadi solusi yang membantu mereka menghadapi tantangan tersebut.

Peluang Gen Z untuk membeli rumah di Indonesia memang terbatas, dengan peluang berkisar antara 30-60%, tergantung pada penghasilan, akses subsidi, dan pengelolaan keuangan. Kunci keberhasilan finansial generasi ini mungkin terletak pada kemampuan mereka untuk menyeimbangkan antara menikmati hidup saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan, di tengah dunia yang terus berubah.

Posting Komentar untuk "Gen Z Tidak Akan Pernah Sanggup Membeli Rumah?"

Jangan lewatkan video terbaru kami, penuh dengan tips dan informasi menarik!

Tonton Video Kami & Subscribe Sekarang!

Ingin Produk Anda diiklankan di website ini? hanya Rp. 50.000 per satu halaman. informasi lebih lanjut hubungi kami melalui WhatsApp!

Chat WhatsApp

PROMO JASA BACKLINK BOOSTRINDO

Optimalkan website Anda dengan Backlink dan Iklan dalam bentuk artikel dari Boostrindo! Promo hanya Rp. 50.000 per 1 artikel (per artikel max 2 link)!

Booking Sekarang

Jangan lewatkan video terbaru kami, penuh dengan tips dan informasi menarik!

Tonton Video Kami & Subscribe Sekarang!

Ingin membuat iklan di website ini? hanya Rp. 50.000 per satu halaman. informasi lebih lanjut hubungi kami melalui WhatsApp!

Chat WhatsApp