Pengangguran di Indonesia Menghadapi Ancaman AI: Peluang Kerja Makin Menyempit?
Potret para pencari kerja merebut peluang kecil |
Pengangguran di Indonesia dalam Bayang-Bayang AI
Indonesia sebagai negara berkembang masih bergulat dengan masalah pengangguran yang terus meningkat. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), per Februari 2024, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,5 juta orang. Di tengah upaya menurunkan angka ini, muncul ancaman baru yang bisa memperburuk situasi—kecerdasan buatan (AI). AI mulai menggantikan pekerjaan manusia dalam berbagai sektor, dan ini menjadi ancaman serius bagi kesempatan kerja di Indonesia yang sudah sempit.
1. Fakta Pengangguran di Indonesia: Angka yang Masih Tinggi
Angka pengangguran di Indonesia masih jadi masalah besar. Dari data terbaru BPS, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Indonesia mencapai 5,86% per Februari 2024. Meski lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, jumlahnya tetap signifikan, dengan mayoritas pengangguran berasal dari kelompok usia muda antara 15-24 tahun.
Masalah ini diperparah oleh ketidakseimbangan antara supply tenaga kerja dan demand pasar kerja. Banyak lulusan perguruan tinggi yang kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi mereka. Kondisi ini menciptakan apa yang disebut sebagai over-education dan underemployment, di mana orang bekerja di bidang yang tidak sesuai atau dengan gaji yang rendah.
robot ai mulai banyak dihadirkan di indonesia |
2. Ancaman AI: Menggantikan Pekerjaan Manusia?
Di tengah tingginya pengangguran, perkembangan AI justru menjadi ancaman baru. AI, yang semakin canggih, sudah mulai menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya repetitif dan manual. Di sektor manufaktur, misalnya, penggunaan robot yang didukung AI membuat banyak pekerjaan pabrik yang dulunya dilakukan oleh manusia kini bisa diotomatisasi.
Menurut sebuah studi dari Oxford Economics, 47% pekerjaan di Indonesia memiliki potensi untuk digantikan oleh otomatisasi dalam beberapa dekade mendatang. Ini termasuk pekerjaan-pekerjaan di sektor pertanian, manufaktur, administrasi, dan transportasi. Pekerjaan seperti operator mesin, kasir, dan petugas administrasi dianggap paling rentan untuk digantikan oleh teknologi AI.
Studi ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman AI terhadap kesempatan kerja di Indonesia. Jika tidak ada langkah konkret untuk mengatasi hal ini, maka dampak terhadap pengangguran bisa semakin buruk.
Sulitnya mencari kerja di Indonesia |
3. Dampak AI pada Pekerjaan dan Sektor yang Paling Terkena
AI berpotensi memberikan dampak paling besar pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan tinggi. Pekerjaan di sektor-sektor seperti ritel, transportasi, dan jasa adalah yang paling rentan. Misalnya, sistem kasir otomatis sudah mulai menggantikan peran kasir manusia di beberapa supermarket besar.
Di sektor logistik, penggunaan AI untuk mengelola distribusi barang dan transportasi juga mulai berkembang. Dalam waktu dekat, supir truk, ojek online, dan pekerjaan-pekerjaan lain yang melibatkan mobilitas mungkin akan tergantikan oleh kendaraan otonom.
Sementara itu, di sektor administratif, pekerjaan yang sebelumnya melibatkan input data, penyusunan laporan, dan manajemen dokumen bisa dengan mudah diotomatisasi oleh AI-driven software. Ini tentu akan memangkas jumlah tenaga kerja di kantor-kantor pemerintahan dan perusahaan besar.
Potret pada salah satu demo warga karena sulitnya mencari kerja |
4. Tantangan Bagi Indonesia: Menghadapi Revolusi Teknologi dengan Pengangguran Tinggi
Di tengah revolusi teknologi yang semakin cepat, Indonesia dihadapkan pada dua tantangan besar. Pertama, negara ini masih berjuang mengatasi pengangguran, terutama di kalangan generasi muda yang kesulitan mencari pekerjaan. Kedua, Indonesia harus siap menghadapi disrupsi teknologi yang bisa semakin mempersempit kesempatan kerja.
Kesenjangan keterampilan menjadi masalah serius. Banyak pekerja di Indonesia yang belum siap menghadapi perubahan yang dibawa oleh AI. Menurut laporan Bank Dunia, hanya 13% pekerja di Indonesia yang memiliki keterampilan teknologi yang memadai untuk menghadapi tantangan di era digital.
Selain itu, akses terhadap pelatihan dan edukasi teknologi juga tidak merata. Daerah-daerah pedesaan dan kota-kota kecil cenderung memiliki akses terbatas terhadap internet dan pelatihan teknologi, sehingga memperbesar kesenjangan keterampilan antara pekerja di perkotaan dan pedesaan.
5. Komentar Para Ahli Indonesia tentang Pengaruh AI Terhadap Pengangguran
Hendrawan Supratikno, seorang pengamat ekonomi, mengingatkan bahwa tanpa regulasi dan kebijakan yang tepat, AI bisa memperburuk masalah pengangguran di Indonesia. "Pemerintah perlu mempercepat program pelatihan keterampilan digital, terutama untuk pekerja-pekerja di sektor informal yang paling rentan terdampak AI," ujarnya.
Rahmat Hidayat, seorang dosen di bidang teknologi informasi, juga berpendapat bahwa pemerintah harus lebih serius menggarap infrastruktur digital di Indonesia. "Jika infrastruktur tidak mendukung, masyarakat akan semakin sulit beradaptasi dengan teknologi, dan ini akan memperparah pengangguran," tegasnya.
6. Apa yang Bisa Dilakukan Indonesia?
Untuk menghadapi ancaman AI, Indonesia perlu melakukan berbagai langkah, mulai dari kebijakan pemerintah hingga inisiatif sektor swasta. Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah meningkatkan akses terhadap pendidikan teknologi. Pelatihan dan kursus keterampilan digital harus ditingkatkan, terutama untuk kalangan pekerja yang berisiko kehilangan pekerjaan akibat AI.
Program-program seperti Prakerja harus diperluas dan lebih difokuskan pada pelatihan teknologi dan AI. Pemerintah juga perlu menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan teknologi besar untuk mendukung upskilling tenaga kerja Indonesia.
Di sisi lain, perusahaan juga harus berperan aktif dalam memberikan pelatihan kepada karyawan mereka. Bukalapak dan Gojek, misalnya, telah meluncurkan program pelatihan AI bagi karyawannya. Hal ini membantu mereka beradaptasi dengan perubahan yang dihadirkan oleh teknologi.
AI, Tantangan Baru untuk Dunia Kerja Indonesia
AI memang membawa banyak manfaat dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi di sisi lain, AI juga menjadi ancaman nyata bagi kesempatan kerja di Indonesia. Dengan pengangguran yang masih tinggi, Indonesia harus segera mengambil langkah-langkah strategis agar tidak terjebak dalam krisis pengangguran yang lebih besar akibat revolusi teknologi ini.
Langkah-langkah seperti memperluas akses pelatihan keterampilan digital, meningkatkan pendidikan teknologi, dan memperkuat infrastruktur digital harus segera dilakukan. AI bisa menjadi musuh jika tidak ditangani dengan bijak, tetapi jika dikelola dengan tepat, teknologi ini bisa membuka pintu bagi peluang baru yang tak terbayangkan sebelumnya.
Sumber:
- Badan Pusat Statistik (BPS), "Data Pengangguran Indonesia", 2024.
- Oxford Economics, "The Future of Jobs in Southeast Asia", 2023.
- Bank Dunia, "Digital Economy in Indonesia", 2023.
- Hendrawan Supratikno dalam wawancara, 2024.
- Rahmat Hidayat dalam seminar teknologi di Universitas Indonesia, 2023.
Posting Komentar untuk "Pengangguran di Indonesia Menghadapi Ancaman AI: Peluang Kerja Makin Menyempit?"