Cerpen Bayangan di Balik Pintu
bayangan hantu di balik pintu |
Angin malam yang dingin merayap perlahan ke dalam rumah tua itu. Jendela-jendela tua berderik pelan, seolah memperingatkan sesuatu. Fira duduk di ruang tengah yang gelap, hanya ditemani cahaya dari lilin yang hampir habis. Di depannya, pintu kayu besar itu bergetar pelan, setiap ketukan yang terdengar di luar membuat jantungnya semakin kencang.
Sudah tiga malam berturut-turut, ketukan itu selalu muncul pada pukul dua pagi. Tanpa alasan jelas. Tak ada siapa pun di luar ketika ia mencoba mengintip lewat jendela. Tetapi malam ini, ketukan itu terdengar lebih keras, lebih memaksa, seolah sesuatu atau seseorang ingin masuk ke dalam.
Fira menelan ludah, kedua tangannya gemetar memegang cangkir teh yang dingin. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Setiap insting dalam tubuhnya berkata, "Jangan buka pintu itu." Namun, ada sesuatu yang menggelitik rasa ingin tahunya. Apa yang ada di balik pintu itu? Apakah hanya angin, atau seseorang yang bermain-main dengannya?
Tiba-tiba, suara ketukan itu berhenti. Keheningan yang menggantung di udara terasa lebih mencekam dibanding ketukan tadi. Fira memejamkan mata, berharap semua ini hanya mimpi buruk yang akan berakhir ketika dia membuka mata.
Tapi ketika dia membuka matanya, ada sesuatu yang berbeda. Pintu kayu besar itu... terbuka sedikit.
Tanpa dia menyadarinya, jari-jarinya kini sudah menggenggam pisau dapur yang terletak di meja. Perlahan, ia berdiri, mencoba menenangkan dirinya. Suara detak jam dinding terdengar seolah-olah itu adalah detak jantungnya sendiri. Suara langkah kaki samar datang dari lorong di luar pintu. Fira menahan napas.
"Siapa di sana?" tanyanya, suaranya bergetar.
Tak ada jawaban. Hanya suara langkah kaki yang semakin dekat. Suara itu terhenti tepat di luar pintu ruang tengah, di mana Fira berdiri. Napasnya tertahan saat bayangan gelap muncul di bawah celah pintu. Ada seseorang, atau sesuatu, berdiri di sana.
Fira mundur beberapa langkah. Pikirannya berkecamuk. Apakah ia harus membuka pintu itu dan menghadapi siapa pun yang ada di baliknya? Ataukah ia harus kabur dan mencari tempat sembunyi?
Sebelum Fira sempat mengambil keputusan, pintu ruang tengah tiba-tiba terayun terbuka dengan sendirinya. Bayangan itu masuk perlahan, namun tetap tak berbentuk jelas di tengah cahaya lilin yang hampir padam. Suasana di ruangan terasa semakin dingin, membuat bulu kuduk Fira meremang.
Dalam kegelisahan dan ketakutan yang membuncah, Fira akhirnya berteriak, “Siapa kau?!” Namun, lagi-lagi tak ada jawaban. Bayangan itu terus mendekat, semakin jelas terlihat ada sesuatu yang menyilaukan dari benda yang dibawa—sebuah cermin besar yang terpantul oleh cahaya lilin.
Saat cermin itu mendekat, Fira melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku. Refleksinya di dalam cermin... tidak bergerak. Refleksi itu menatapnya dengan mata dingin, meskipun Fira sudah berusaha menjauh. Wajah di dalam cermin itu... tersenyum, senyum yang dingin dan mengancam.
Fira menjatuhkan pisaunya, kaki-kakinya terasa lemas. Bayangan itu berhenti tepat di hadapannya, mengangkat cermin lebih tinggi hingga memaksa Fira untuk melihat ke dalam. Dalam detik-detik yang seakan abadi, Fira menyadari sesuatu: dia bukan lagi sekadar pengamat.
Bayangan di dalam cermin mulai bergerak sendiri. Refleksinya perlahan meraih tangannya, seolah hendak menariknya masuk ke dalam cermin. Suara serak terdengar dari refleksi itu, “Kamu sudah dipilih.”
“Dipilih... untuk apa?” bisik Fira, tubuhnya gemetar.
Namun, sebelum dia mendapatkan jawaban, ruangan itu bergetar hebat. Lampu-lampu yang padam mendadak menyala, dan bayangan yang ada di hadapannya menghilang begitu saja, meninggalkan Fira sendiri. Cermin itu jatuh dan pecah menjadi serpihan kecil, berserakan di lantai kayu. Tidak ada yang tersisa selain suara jantung Fira yang berdebar kencang.
Dia terjatuh ke lantai, tubuhnya lemas. Namun, saat mencoba bernapas lega, matanya tertuju pada salah satu serpihan cermin. Wajah di dalam cermin kecil itu... masih tersenyum.
Posting Komentar untuk "Cerpen Bayangan di Balik Pintu"